watchout!!!

watchout!!!
hospital in 1..2..

Kamis, 17 Februari 2011

Tulisan Untuk Tabloid Cerah/ Majalah Kinerja Bank Sumse Babel

Besarnya Keuntungan (Kerugian) Yang Dihasilkan Obligasi

Oleh : Deco Ronal Rapianto

Dealer Capital Market

Dealing Room Bank Sumsel Babel

Sebagaimana telah saya bahas dalam tulisan saya sebelumnya, dikatakan bahwa pendapatan bank bisa berasal dari berbagai sumber dan salah satunya adalah pendapatan kupon dan capital gain dari obligasi/bond. Seberapa besarkah pendapatan dari kupon dan capital gain tersebut berpengaruh pada bisnis bank? Hal itulah yang akan menjadi pembahasan kita kali ini.

Pendapatan dari obligasi bisa dibagi menjadi 2 (dua) :

1. Pendapatan Kupon

Dalam tulisan ini pembahasan difokuskan kepada Obligasi Negara atau Surat Utang Negara (SUN) dan Obligasi Korporasi baik Swasta maupun Milik Pemerintah. Besarnya kupon SUN ditentukan oleh pemerintah dengan memperhatikan suku bunga yang ada di pasar dan jangka waktu obligasi, sedangkan untuk obligasi korporasi atau obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan baik milik swasta maupun milik pemerintah, biasanya kupon yang dipakai untuk penerbitan obligasi mengacu pada Surat Utang Negara (SUN) yang jangka waktunya sama dengan obligasi yang akan diterbitkan. Misalnya obligasi Bank X yang akan diterbitkan dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun, kupon yang dijadikan benchmark (patokan) adalah yield/imbal hasil SUN FR51 yang jangka waktunya sama dengan obligasi Bank X tersebut diatas. Yield bisa diartikan secara sederhana adalah angka hasil tahunan yang diperoleh dari obligasi dan dihitung dengan membagi bunga dengan harga pembelian. Untuk membuat agar obligasi Bank X ini lebih diminati pasar diberikan tambahan beberapa basis poin dari yield SUN yang dijadikan benchmark. Jika hal ini tidak dilakukan, maka kemungkinan obligasi yang ditawarkan diserap pasar sangat kecil, karena para investor di pasar selalu mencari instrumen yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, disamping keamanan dan kemudahan instrumen tersebut untuk dicairkan/dijadikan cash kembali. SUN memenuhi kedua syarat terakhir, sehingga apabila tidak ada tambahan beberapa poin yang diberikan diatas kupon SUN maka dipastikan para investor lebih memilih untuk menginvestasikan dananya di SUN yang memang lebih aman karena diterbitkan oleh pemerintah melalui Departemen Keuangan dan lebih mudah dicairkan karena SUN lebih lebih sering diperdagangkan di secondary market. SUN lebih banyak diperdagangkan di secondary market karena jumlah SUN yang diterbitkan oleh pemerintah sangat banyak untuk berbagai seri dan SUN ini juga diminati oleh investor asing di seluruh dunia. Hal inilah yang membuat SUN amat likuid di pasar sekunder. Minat asing akan SUN ini memberi dampak positif dan negatif. Positifnya adalah dengan masuknya dana asing maka rupiah akan menguat, harga saham dan obligasi akan meningkat yang membuat pasar keuangan di Indonesia semakin menarik dan bergairah, sedangkan efek negatif dari masuknya dana asing ke dalam bentuk surat berharga adalah bisa memunculkan gelembung (bubble) ekonomi, dimana kenaikan harga surat berharga, juga tingginya indeks-indeks perekonomian seperti IHSG, Indeks SUN dan sebagainya terutama bukan karena bergeraknya sektor riil namun karena aliran modal asing (capital inflow) yang kadang hanya mampir secara sesaat, menimbulkaan euforia kegembiraan karena pasar yang bullish (naik), namun pada saat terjadi outflow, maka seluruh indeks-indeks itu akan turun (bearish) dan menimbulkan kerugian pada investor yang tidak siap menghadapi capital outflow.

Kembali kepada pendapatan kupon dari obligasi, sebagai contoh diambil obligasi SUN FR51 dengan kupon 11,25 dengan jatuh tempo Mei 2014 dengan yield 7.9972 pada tanggal 24 Januari 2011. Yield tersebut merupakan patokan dari Bank X untuk menentukan kupon yang akan diberikan pada obligasi yang diterbitkannya dengan jangka waktu yang sama. Untuk menarik minat investor, maka bank X memberikan tambahan 173 basis point untuk kupon obligasi yang diterbitkannya. Dari sini dapat diketahui bahwa kupon yang diberikan adalah 9.7272% atau 7.9972% + 1.73%. Dengan kupon yang diberikan Bank X sebesar 9.7272 maka kemungkinan besar investor akan tertarik mengingat SUN FR51 dengan jangka waktu yang sama hanya memberikan imbal hasil 7.9972. Selain itu sebagai pertimbanagan investor, SUN hanya memberikan kupon semi annualy atau 2 (dua) kali dalam setahun sedangkan obligasi korporasi memberikan kupon quarterly atau tiap 4 (empat) bulan sekali. Dari sisi ini obligasi Bank X tentu lebih menguntungkan. Misalnya, Bank kita membeli obligasi Bank X dengan jumlah sebesar Rp. 10 Miliar dengan kupon 9.7272, maka pendapatan kupon yang dihasilkan dalam setahun adalah Rp. 972,720,000 dan karena diberikan secara quarterly per tahun maka tiap 4 (empat) bulannya akan diterima sebesar Rp. 324,240,000. Artinya selama 3 (tiga) tahun kupon obligasi bank X yang akan kita terima adalah sebesar Rp. 2,918,160,000. Cukup menarik bukan? Perhitungan yang sama akan berlaku jika kita membeli kupon SUN FR51 dan didapat jumlah kupon yang lebih rendah tentunya. Pendapatan sebesar Rp. 2,918,160,000 diatas adalah untuk kepemilikan obligasi dengan jumlah Rp. 10 miliar, bagaimana kalau kita memiliki obligasi sejumlah Rp. 100 miliar? atau Rp. 1 Triliun? Tentu akan lebih besar lagi. Beberapa bank besar yang berkantor pusat Jakarta bahkan memiliki obligasi dengan nominal lebih dari Rp. 1 Triliun. Bisa dibayangkan berapa besar keuntungan dari kupon obligasi yang mereka dapatkan.

Pendapatan kupon diatas adalah pendapatan yang dihasilkan dari obligasi yang melekat dengan obligasi tersebut dengan jumlah tetap atau disebut Fixed Rate. Artinya , tidak perduli berapa harga obligasi itu dipasar sekunder, jumlah kupon tersebut adalah jumlah yang mutlak kita terima. Memang ada pendapatan kupon yang tidak tetap jumlahnya kita terima dalam suatu periode dan itu karena obligasi tersebut menetapkan kupon dengan variable rate. Artinya kupon yang dibayarkan ditentukan oleh rate bunga yang berlaku di pasar. Bisa memakai rate JIBOR (Jakarta Inter Bank Offered Rate), SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate) atau LIBOR (London Inter Bank Offered Rate). Kepemilikan obligasi dengan variable rate menguntungkan apabila trend suku bunga di pasar akan mengalami kenaikan. Namun untuk variabel rate tidak akan saya bahas disini.

2. Pendapatan Capital Gain

Berbeda dengan pendapatan kupon untuk obligasi dengan Fixed Rate, maka pendapatan capital gain adalah sesuatu yang tidak pasti. Capital gain dipengaruhi oleh supply dan demand yang ada di pasar obligasi. Apabila kita hendak menjual obligasi yang kita miliki (offer) dan ternyata di pasar sekunder banyak juga yang hendak menjual dan pihak pembeli lebih sedikit daripada penjual maka biasanya harga obligasi akan turun dan begitu juga sebaliknya. Apabila kita menjual dengan harga yang lebih tinggi daripada harga beli maka akan terjadi capital gain dan apabila sebaliknya, kita menjual dengan harga yang lebih rendah daripada harga beli maka akan terjadi capital loss. Capital gain ini didapatkan dari obligasi yang dikelompokkan dalam posisi Dinilai Berdasarkan Harga Wajar (Trading). Untuk mendapatkan keuntungan dari trading ini, orang yang bertransaksi (dealer) harus memiliki kemampuan membaca pasar dengan baik. Dalam menganalisa pasar dealer biasa menggunakan 2 (dua) pendekatan analisis, yaitu :

  1. Fundamental Analisis

Yaitu analisa berdasarkan berita-berita ekonomi yang terjadi di seluruh dunia yang dapat berpengaruh pada harga obligasi yang akan dibeli atau dijual. Biasanya yang menjadi acuan terlebih dahulu adalah indikator-indikator perekonomian luar negeri terutama Amerika Serikat selanjutnya baru indikator perekonomian dalam negeri. Antara lain yang diperhatikan untuk fundamental analysis adalah :

- Amerika Serikat

GNP, Housing start, indsutrial Production, Personal Income, Retail Sales, Unemployment Figure, Consumer Price Index (CPI) dan Wholesales Price, dll

- Dalam Negeri

Inflasi bulanan, pengumuman BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks SUN, dll

  1. Teknikal Analisis

Yaitu teknik menganalisa kecenderungan harga yang akan datang dengan menggunakan chart dan perhitungan matematis. Teknikal analisis mengandung asumsi dasar bahwa :

- Segala informasi di pasar di discounted, yaitu semua informasi yang dapat mempengaruhi harga di pasar pada dasarnya telah tercermin di harga itu sendiri, baik di market bullish ataupun bearish

- Harga di pasar bergerak dalam tren tertentu

- Sejarah akan berulang

Adalah menjadi tanggung jawab trader dalam hal ini dealer dalam memberikan keuntungan bagi bank. Dengan semakin banyaknya ilmu dan pengalaman yang diterima oleh dealer maka akan semakin terasahlah dia dalam memberikan keuntungan bagi bank. Dalam bekerja untuk menghasilkan keuntungan bagi bank, dealer tidak sendiri. Banyak pihak yang terkait yang juga berperan penting dalam menghasilkan keuntungan bagi bank. Pihak-pihak yang terlibat secara langsung tersebut antara lain pihak setelmen selaku bagian yang meneruskan perintah transaksi dan bertanggung jawab terhadap perpindahan uang dari kita ke counterpart, pihak Financial Institution selaku bagian yang berwenang memberikan limit transaksi kepada dealer, Risk Management selaku pihak yang menghitung dan membatasi resiko kerugian yang mungkin terjadi, serta banyak bagian lain dalam bank yang secara tidak langsung terkait dalam aktifitas menghasilkan keuntungan bagi bank melalui obligasi ini.

Dalam menghitung keuntungan dari capital gain secara sederhana dapat digambarkan dalam kasus berikut ini :

Misalkan, Bank SumselBabel memiliki obligasi SUN FR50 yang dibeli di harga 100 (par) dengan jumlah Rp. 10 miliar. Pembelian dilakukan pada tanggal 20 Januari 2011 dan telah dianalisa sebelumnya oleh dealer dengan teknikal dan fundamental analisis dan diperkirakan market akan bullish (naik). Pada tanggal 21 Januari terjadi kenaikan harga di market yang antara lain disebabkan oleh postifnya perekonomian di Amerika, kemungkinan BI Rate akan turun dan capital inflow yang amat deras masuk ke pasar obligasi di Indonesia. Pada tanggal 24 Januari ada pihak counterpart melakukan bid (menawar beli) SUN FR50 pada level harga 101 dengan nominal Rp. 10 miliar dan dealer Bank SumselBabel memberikan harga offer (menawar jual) pada harga 101.2 . Terjadi tawar menawar dan disepakati Bank SumselBabel menjual di 101.5. Dari transaksi ini BankSumselBabel memperoleh keuntungan : 101.5 – 100 = 1.5% atau jika dikalikan dengan nominal maka akan didapat keuntungan sebesar Rp. 150,000,000. Jika transaksi ini bisa terjadi 10 kali dalam sebulan maka keuntungan yang diperoleh oleh Bank SumselBabel adalah sebesar Rp. 150,000,000 X 10 = Rp. 1,5 Miliar dalam sebulan.

Jumlah yang sangat lumayan bukan? Namun, itu jika kita bicara keuntungan. Dalam trading, keuntungan tidak selalu datang menghampiri. Kadang yang datang adalah kerugian. Kerugian juga bisa muncul dalam jumlah yang tidak kalah besarnya dari keuntungan yang diperoleh diatas. Untuk mengatasi dampak yang mungkin timbul apabila muncul kerugian maka dalam aktifitas trading sehari-hari ada prosedur yang dinamakan cut loss. Cut loss ini gunanya adalah membatasi jumlah kerugian yang ditanggung oleh dealer. Jadi, apabila harga di pasar telah menyentuh limit cut loss maka dealer diharuskan menjual obligasi tersebut walaupun rugi. Hal ini guna menghindari kerugian yang lebih dalam lagi apabila dealer tetap memiliki posisi.

Harapan kita ke depan, dengan semakin dinamisnya pasar keuangan, Bank SumselBabel melalui Divisi Treasury dan Internasional dapat berperan semakin aktif dalam mengoptimalkan keuntungan dari sektor non kredit terutama portofolio obligasi sehingga salah satu misi Bank SumselBabel yaitu mengembangkan corporate banking dapat tercapai.

Quote : ” Hal yg paling beresiko adalah tidak mengambil resiko itu sendiri ”

tulisan majalah Cerah Bank Sumsel Babel

Obligasi/Bond (Tulisan Pertama)

Oleh : Deco Ronal Rapianto

Dealer Capital Market

Dealing Room Bank Sumsel Babel

Pendapatan bank bisa berasal dari berbagai sumber. Selain pendapatan bunga dari pemberian kredit, fee based income, penempatan pada mata uang asing dan rupiah di tempat lain juga bisa berasal dari pembelian obligasi. Dari pembelian obligasi selain bisa menghasilkan pendapatan bunga juga bisa menghasilkan capital gain (keuntungan dari selisih harga jual dikurang harga beli) bagi bank. Transaksi pembelian dan penjualan obligasi di Bank Sumsel Babel selama ini dikelola oleh Divisi Tresuri dan Internasional melalui Bagian Dealing Room di Jakarta.

Pengertian Obligasi

Secara harfiah obligasi berasal dari bahasa Inggris obligation yang berarti kewajiban. Bisa diartikan secara sederhana dari obligasi adalah kewajiban yang muncul setelah menerbitkan surat berharga. Kewajiban tersebut berupa pembayaran kupon obligasi, pengembalian pokok serta pemberian informasi yang transparan dari pihak penerbit obligasi. Dalam artian spesifik obligasi adalah hutang jangka panjang secara tertulis dalam kontrak yang dilakukan oleh pihak yang berhutang (penerbit) dan wajib membayar hutangnya disertai bunga kepada pemegang (pembeli) obligasi.

Tujuan penerbitan obligasi adalah penghimpunan dana untuk aktifitas obligor baik untuk tambahan modal kerja, pembayaran hutang maupun penambahan modal.

Dalam prakteknya, obligasi di Indonesia bisa dibagi dalam beberapa jenis :

Berdasarkan Suku Bunga :

1. Obligasi Suku Bunga Tetap (Fixed rate)

Obligasi ini memiliki besaran suku bunga yang tetap yang dibayar secara berkala sesuai masanya obligasi.

2. Obligasi Suku Bunga Mengambang (Floating Rate )

Obligasi ini memiliki besaran suku bunga mengambang yang besaran bunganya mengacu pada indeks pasar uang seperti JIBOR, SIBOR, LIBOR atau Euribor.

Berdasarkan aspek perpajakan dibagi menjadi :

1. Obligasi dengan Kupon (Interest Bearing Bond)

Obligasi yang atas bunganya dikenakan pajak penghasilan dengan tarif 20% dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period). Atas diskontonya dikenakan pajak penghasilan sebesar 20% dari selisih lebih nilai harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo diatas harga perolehan, tidak termasuk bunga berjalan (accrued interest).

2. Zero Coupon Bond

Obligasi yang tidak memberikan bunga namun harga obligasi sudah didiscount pada saat pembelian. Pajak penghasilannya dikenakan sebesar 20% dari selisih harga jual pada saat transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh tempo obligasi diatas hrag perolehan obligasi.

Berdasarkan Penerbitnya:

1. Obligasi Pemerintah

Yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah yang digunakan untuk kegiatan belanja negara, contoh Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Surat Perbendaharaan Negara (SPN), dan lain-lain.

2. Obligasi Korporasi

Yaitu obligasi yang diterbitkan oleh korporasi baik korporasi swasta maupun pemerintah. Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi tersebut dipergunakan untuk modal kerja, pembayaran hutang maupun penamabahan modal.

Berdasarkan Jangka Waktu

1. Obligasi dengan Jangka Waktu Pendek (Money Market)

Yaitu obligasi dengan jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) contohnya adalah Surat Pembendaharaan Negara (SPN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Medium Term Notes (MTN).

2. Obligasi dengan Jangka Waktu Menengah

Yaitu obligasi dengan jangka waktu lebih dari 5 (lima) tahun sampai dengan 10 (sepuluh) tahun, contoh SUN FR31, FR35, obligasi korporat dengan jangka waktu 5 (lima) tahun, dsb.

3. Obligasi dengan jangka waktu panjang

Yaitu obligasi dengan jangka waktu lebih dari 10 (sepuluh) tahun, contoh FR42, FR50 , FR52, dsb.

Resiko-Resiko Yang Terkandung Dalam Obligasi

1. Interest Rate Risk

Harga dari sebuah obligasi berbanding terbalik dengan perubahan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga naik maka harga obligasi akan turun begitu juga sebaliknya. Apabila sebuah obligasi dijual sebelum jatuh tempo, peningkatan suku bunga akan mengakibatkan investor mengalami capital loss karena menjual dibawah harga beli. Resiko ini dikenal dengan interest rate risk atau market risk.

2. Reinvestment Risk

Resiko apabila obligasi tersebut dijual kemudian diinvestasikan kembali ke instrumen yang bisa lebih rendah harganya.

3. Call Risk

Sebagian perusahaan penerbit obligasi menetapkan untuk menarik atau membeli obligasinya pada tingkat harga tertentu. Ini yang mengakibatkan investor akan mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya.

4. Default Risk

Default risk bisa disamakan dengan resiko gagal bayar. Gagal bayar berarti penerbit obligasi tidak mampu untuk membayar bunga pada sat pembayaran bunga atau pokok pada saat pembayaran pokok. Default risk berasal dari ketidakmampuan perusahaan penerbit obligasi dalam mengelola utangnya yang mengakibatkan perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya baik bunga maupun pokok kepada investor.

5. Inflation Risk

Infltion risk ini sangat berperan terhadap interest rate risk. PeDengan meningkatnya inflasi maka harga obligasi akan turun. Sebagai contoh jika investor membeli obligasi dengan kupon 8% tetapi tingkat inflasi adalah 9% maka akan membuat harga obligasi yang dimiliki tersebut turun.

6. Exchange-Rate Risk

Resiko ini terjadi pada obligasi yang berdenominasi valuta asing. Nilai obligasi dalam mata uang lokal baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon dan pokok terjadi.

7. Liquidity Risk

Yaitu kemudahan dari suatu obligasi untuk dicairkan. Apabila sulit dicairkan (dijual) maka dapat dikatakan memiliki liquidity risk yang tinggi.

8. Volatility Risk

Harga obligasi tergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut seperti kondisi perekonomian dalam negeri, perekonomian luar negeri, kerusuhan, ledakan bom dsb. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini disebut volatility risk.

Pembelian Obligasi

Dalam pelaksanaan transaksi pembelian obligasi di pasar dapat dilakukan dengan sebagai berikut :

1. Pembelian pasar Primary (perdana)

Pembelian dilakukan melalui tahapan lelang untuk obligasi negara dan public expose untuk obligasi korporat Untuk lelang obligasi pemerintah dan dilaksanakan melalui BI-SSSS dan public expose penawaran pembelian dilakukan melalui penjamin emisi melalui Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi (FPPO) dan melalui Daftar Penawaran Pembelian Obligasi (DPPO).

2. Pembelian di pasar Secondary (sekunder)

Pembelian dilakukan melalui sekuritas, broker ataupun langsung dengan pihak counterparty. Sarana komunikasi transaksi bisa melalui telepon, RDMS maupun Bloomberg.

Jakarta, 12 April 2010

Dealing Room Bank Sumsel Babel

Dealing Room Bank Sumsel Babel

Tulisan oleh :

Deco Ronal Rapianto

Pjs. Dealer Capital Market,

Divisi Treasury dan Internasional

Bank Sumsel Babel Kantor Pusat


Dealing Room adalah suatu ruangan kerja yang khusus oleh Divisi Treasury digunakan untuk melaksanakan transaksi-transaksi, terdiri dari transaksi di pasar uang/money market, pasar valuta asing/foreign exchange market maupun transaksi-transaksi surat berharga jangka panjang/capital market serta transaksi turunannya/derivatives.

Dealing Room merupakan restricted area mengingat jenis, jumlah transaksi yang besar serta data-data transaksi yang sensitive terhadap kondisi bank dan counterparty sehingga tidak memberi keleluasaan bagi yang tidak berkepentingan untuk memasuki ruangan ini.

Dealing Room, secara fisik, merupakan ruangan dengan sarana pendukung berteknologi informasi yang canggih dan siap dioperasikan 24 jam sehari, mempunyai sistem komunikasi untuk transaksi yang dapat menjangkau counterparty (pihak lawan) domestik maupun internasional setiap saat sehingga memerlukan sarana pelengkap dan sistem pengaman yang baik dan handal.

Organisasi Dealing Room Tresuri Bank Sumsel Babel

Saat ini Dealing Room Bank Sumsel Babel terdiri dari 6 (enam) personil, yaitu :

  1. Pemimpin Bagian Dealing Room
  2. Pengelola (Senior/Chief Dealer)
  3. Dealer Capital Market
  4. 3 (tiga) orang Yunior Dealer, yang terbagi menjadi Yunior Dealer Forex, Sales dan Marketing serta Money Market

Untuk menjadi seorang dealer diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

  1. Mampu bekerja under pressure
  2. Kuat dalam hitungan
  3. Memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang memadai
  4. Memiliki kemampuan analisa yang baik
  5. Berani mengambil keputusan
  6. Memiki kemampuan berbicara dan mendengar yang baik

Untuk menjadi dealer ada beberapa tahapan tes yang mesti dilalui :

1. Tes Potensi Akademik (TPA)

2. Tes Kemampuan bahasa Inggris

3. Psikotes

4. Tes Kesehatan

5. Wawancara akhir

Setelah dinyatakan lulus tes maka calon dealer akan mengikuti pelatihan mengenai masalah ekonomi, analisa kondisi keuangan makro dan mikro (fundamental analisis), teknikal analisis (charting, trend pergerakan harga, dll), peraturan Bank Sentral, bisnis tresuri baik Money market, Capital Market, Forex, derivatives, Aset Liability Management (ALMA) dan kegiatan Tresuri lain secara keseluruhan . Selain itu dilakukan simulasi trading dalam bourse game untuk melatih kemampuan calon dealer dalam bertransaksi. Dalam bourse game seluruh aktifitas transaksi yang dilakukan sama dengan transaksi real, yang membedakan hanyalah transaksinya tidak dengan counterparty langsung namun dengan moderator yang berperan sebagai counterparty.

Adanya Dealing Room bertujuan untuk :

  1. Menjaga likuiditas bank
  2. Memberikan pelayanan kepada nasabah (counterparty)
  3. Meningkatkan pendapatan bank dari aktifitas Tresuri

Pada tahun 2009 dana yang dikelola oleh Dealing Room Bank Sumsel Babel mencapai ± Rp. 4 T.

Dealing Room Bank Sumsel Babel saat ini berada di Lt. IV Cabang Jakarta. Untuk BPD, yang saat ini memiliki Dealing Room adalah Bank Nagari dan Bank Sumsel Babel. Untuk Bank Pemerintah, Bank Swasta devisa dan Bank Asing yang beroperasi di Indonesia hampir seluruhnya memiliki Dealing Room.

Fungsi business unit yang ada di Dealing Room meliputi :

1. Pasar Uang (Money Market)

a. Mengelola likuiditas bank sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia

b. Mengelola kelebihan dana bank untuk ditempatkan ke instrument pasar uang dengan mencari harga terbaik di pasar, baik instrument call money maupun SBI dan SBI outright

c. Melakukan trading melalui strategi arbitrage (memperoleh laba tanpa resiko dengan memanfaatkan perbedaan rate) dan gapping (memperoleh laba dengan memanfaatkan perbedaan rate dan jangka waktu) untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan pergerakan suku bunga di pasar.

Transaksi Money Market ini dilakukan dalam rangka menjaga likuiditas dan menghasilkan keuntungan bagi bank. Menjaga likuiditas dilakukan dengan menempatkan kembali kelebihan dana sendiri ke bank-bank lain dan instrumen-instrumen keuangan dari Bank Indonesia (BI) seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Fine Tune Konstraksi (FTK), Fine Tune Ekspansi (FTE), Fasilitas Bank Indonesia (FASBI) dengan tingkat bunga tertentu. Sedangkan untuk menghasilkan keuntungan bagi bank adalah dengan melakukan trading dengan melakukan borrow (pinjam) dari bank lain dan ditempatkan ke bank lain atau instrumen BI dengan tingkat bunga yang lebih menguntungkan.

2. Pasar Modal (Capital Market)/Fixed Income

a. Melakukan jual beli surat berharga untuk memperoleh keuntungan (capital gain, exchange gain dan coupon) dengan memanfaatkan pergerakan harga surat berharga di pasar.

b. Membeli surat berharga sebagai alternatif diversifikasi portofolio bagi bank

c. Mengelola kelebihan dana bank untuk ditempatkan ke instrument pasar modal dengan mencari harga terbaik di pasar.

Transaksi Fixed Income ini seperti halnya transaksi Money Market juga dilakukan dalam rangka menjaga likuiditas dan menghasillkan keuntungan bagi bank.

3. Pasar Valuta Asing (Foreign Exchange Market)

a. Mengelola Net Open Position / Posisi Devisa Netto bank sesuai dengan regulasi yang berlaku di Indonesia

b. Melakukan jual beli mata uang guna meng-cover posisi bank, baik untuk keperluan banking book maupun trading book.

c. Melakukan trading dengan memanfaatkan pergerakan kurs di pasar untuk mendapatkan keuntungan baik transaksi antar bank maupun dengan nasabah.

Transaksi Telegraphic Transfer (TT)

Dalam pasar valas transaksi yang dilakukan di Bank Sumsel Babel saat ini adalah cover dan trading untuk mendapat keuntungan. Saat ini Bank Sumsel Babel dapat memberikan harga valas yang kompetitif dengan bank-bank lain, nasabah Bank Sumsel Babel sudah mulai melakukan transaksi valas di Bank Sumsel Babel karena harga yang diberikan bersaing dengan bank-bank lain yang ada di Palembang.

Dalam melaksanakan aktifitasnya di Dealing Room Bank Sumsel Babel, dealer menggunakan alat bantu seperti :

- Reuters News

- Reuters Dealing System

- Bloomberg

- Dealing Phone

- OPICS Treasury Systems

Tujuan adanya alat bantu ini adalah untuk memudahkan dealer dalam berkomunikasi dan bertransaksi dengan counterparty serta alat tersebut juga digunakan dealer dalam membantu pengambilan keputusan dengan menggunakan data historis, trend serta indikator-indikator perekonomian lainnya. Akurasi data yang dihasilkan secara online lebih tinggi karena akses data dilakukan secara real time.