watchout!!!

watchout!!!
hospital in 1..2..

Kamis, 17 Februari 2011

Tulisan Untuk Tabloid Cerah/ Majalah Kinerja Bank Sumse Babel

Besarnya Keuntungan (Kerugian) Yang Dihasilkan Obligasi

Oleh : Deco Ronal Rapianto

Dealer Capital Market

Dealing Room Bank Sumsel Babel

Sebagaimana telah saya bahas dalam tulisan saya sebelumnya, dikatakan bahwa pendapatan bank bisa berasal dari berbagai sumber dan salah satunya adalah pendapatan kupon dan capital gain dari obligasi/bond. Seberapa besarkah pendapatan dari kupon dan capital gain tersebut berpengaruh pada bisnis bank? Hal itulah yang akan menjadi pembahasan kita kali ini.

Pendapatan dari obligasi bisa dibagi menjadi 2 (dua) :

1. Pendapatan Kupon

Dalam tulisan ini pembahasan difokuskan kepada Obligasi Negara atau Surat Utang Negara (SUN) dan Obligasi Korporasi baik Swasta maupun Milik Pemerintah. Besarnya kupon SUN ditentukan oleh pemerintah dengan memperhatikan suku bunga yang ada di pasar dan jangka waktu obligasi, sedangkan untuk obligasi korporasi atau obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan baik milik swasta maupun milik pemerintah, biasanya kupon yang dipakai untuk penerbitan obligasi mengacu pada Surat Utang Negara (SUN) yang jangka waktunya sama dengan obligasi yang akan diterbitkan. Misalnya obligasi Bank X yang akan diterbitkan dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun, kupon yang dijadikan benchmark (patokan) adalah yield/imbal hasil SUN FR51 yang jangka waktunya sama dengan obligasi Bank X tersebut diatas. Yield bisa diartikan secara sederhana adalah angka hasil tahunan yang diperoleh dari obligasi dan dihitung dengan membagi bunga dengan harga pembelian. Untuk membuat agar obligasi Bank X ini lebih diminati pasar diberikan tambahan beberapa basis poin dari yield SUN yang dijadikan benchmark. Jika hal ini tidak dilakukan, maka kemungkinan obligasi yang ditawarkan diserap pasar sangat kecil, karena para investor di pasar selalu mencari instrumen yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, disamping keamanan dan kemudahan instrumen tersebut untuk dicairkan/dijadikan cash kembali. SUN memenuhi kedua syarat terakhir, sehingga apabila tidak ada tambahan beberapa poin yang diberikan diatas kupon SUN maka dipastikan para investor lebih memilih untuk menginvestasikan dananya di SUN yang memang lebih aman karena diterbitkan oleh pemerintah melalui Departemen Keuangan dan lebih mudah dicairkan karena SUN lebih lebih sering diperdagangkan di secondary market. SUN lebih banyak diperdagangkan di secondary market karena jumlah SUN yang diterbitkan oleh pemerintah sangat banyak untuk berbagai seri dan SUN ini juga diminati oleh investor asing di seluruh dunia. Hal inilah yang membuat SUN amat likuid di pasar sekunder. Minat asing akan SUN ini memberi dampak positif dan negatif. Positifnya adalah dengan masuknya dana asing maka rupiah akan menguat, harga saham dan obligasi akan meningkat yang membuat pasar keuangan di Indonesia semakin menarik dan bergairah, sedangkan efek negatif dari masuknya dana asing ke dalam bentuk surat berharga adalah bisa memunculkan gelembung (bubble) ekonomi, dimana kenaikan harga surat berharga, juga tingginya indeks-indeks perekonomian seperti IHSG, Indeks SUN dan sebagainya terutama bukan karena bergeraknya sektor riil namun karena aliran modal asing (capital inflow) yang kadang hanya mampir secara sesaat, menimbulkaan euforia kegembiraan karena pasar yang bullish (naik), namun pada saat terjadi outflow, maka seluruh indeks-indeks itu akan turun (bearish) dan menimbulkan kerugian pada investor yang tidak siap menghadapi capital outflow.

Kembali kepada pendapatan kupon dari obligasi, sebagai contoh diambil obligasi SUN FR51 dengan kupon 11,25 dengan jatuh tempo Mei 2014 dengan yield 7.9972 pada tanggal 24 Januari 2011. Yield tersebut merupakan patokan dari Bank X untuk menentukan kupon yang akan diberikan pada obligasi yang diterbitkannya dengan jangka waktu yang sama. Untuk menarik minat investor, maka bank X memberikan tambahan 173 basis point untuk kupon obligasi yang diterbitkannya. Dari sini dapat diketahui bahwa kupon yang diberikan adalah 9.7272% atau 7.9972% + 1.73%. Dengan kupon yang diberikan Bank X sebesar 9.7272 maka kemungkinan besar investor akan tertarik mengingat SUN FR51 dengan jangka waktu yang sama hanya memberikan imbal hasil 7.9972. Selain itu sebagai pertimbanagan investor, SUN hanya memberikan kupon semi annualy atau 2 (dua) kali dalam setahun sedangkan obligasi korporasi memberikan kupon quarterly atau tiap 4 (empat) bulan sekali. Dari sisi ini obligasi Bank X tentu lebih menguntungkan. Misalnya, Bank kita membeli obligasi Bank X dengan jumlah sebesar Rp. 10 Miliar dengan kupon 9.7272, maka pendapatan kupon yang dihasilkan dalam setahun adalah Rp. 972,720,000 dan karena diberikan secara quarterly per tahun maka tiap 4 (empat) bulannya akan diterima sebesar Rp. 324,240,000. Artinya selama 3 (tiga) tahun kupon obligasi bank X yang akan kita terima adalah sebesar Rp. 2,918,160,000. Cukup menarik bukan? Perhitungan yang sama akan berlaku jika kita membeli kupon SUN FR51 dan didapat jumlah kupon yang lebih rendah tentunya. Pendapatan sebesar Rp. 2,918,160,000 diatas adalah untuk kepemilikan obligasi dengan jumlah Rp. 10 miliar, bagaimana kalau kita memiliki obligasi sejumlah Rp. 100 miliar? atau Rp. 1 Triliun? Tentu akan lebih besar lagi. Beberapa bank besar yang berkantor pusat Jakarta bahkan memiliki obligasi dengan nominal lebih dari Rp. 1 Triliun. Bisa dibayangkan berapa besar keuntungan dari kupon obligasi yang mereka dapatkan.

Pendapatan kupon diatas adalah pendapatan yang dihasilkan dari obligasi yang melekat dengan obligasi tersebut dengan jumlah tetap atau disebut Fixed Rate. Artinya , tidak perduli berapa harga obligasi itu dipasar sekunder, jumlah kupon tersebut adalah jumlah yang mutlak kita terima. Memang ada pendapatan kupon yang tidak tetap jumlahnya kita terima dalam suatu periode dan itu karena obligasi tersebut menetapkan kupon dengan variable rate. Artinya kupon yang dibayarkan ditentukan oleh rate bunga yang berlaku di pasar. Bisa memakai rate JIBOR (Jakarta Inter Bank Offered Rate), SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate) atau LIBOR (London Inter Bank Offered Rate). Kepemilikan obligasi dengan variable rate menguntungkan apabila trend suku bunga di pasar akan mengalami kenaikan. Namun untuk variabel rate tidak akan saya bahas disini.

2. Pendapatan Capital Gain

Berbeda dengan pendapatan kupon untuk obligasi dengan Fixed Rate, maka pendapatan capital gain adalah sesuatu yang tidak pasti. Capital gain dipengaruhi oleh supply dan demand yang ada di pasar obligasi. Apabila kita hendak menjual obligasi yang kita miliki (offer) dan ternyata di pasar sekunder banyak juga yang hendak menjual dan pihak pembeli lebih sedikit daripada penjual maka biasanya harga obligasi akan turun dan begitu juga sebaliknya. Apabila kita menjual dengan harga yang lebih tinggi daripada harga beli maka akan terjadi capital gain dan apabila sebaliknya, kita menjual dengan harga yang lebih rendah daripada harga beli maka akan terjadi capital loss. Capital gain ini didapatkan dari obligasi yang dikelompokkan dalam posisi Dinilai Berdasarkan Harga Wajar (Trading). Untuk mendapatkan keuntungan dari trading ini, orang yang bertransaksi (dealer) harus memiliki kemampuan membaca pasar dengan baik. Dalam menganalisa pasar dealer biasa menggunakan 2 (dua) pendekatan analisis, yaitu :

  1. Fundamental Analisis

Yaitu analisa berdasarkan berita-berita ekonomi yang terjadi di seluruh dunia yang dapat berpengaruh pada harga obligasi yang akan dibeli atau dijual. Biasanya yang menjadi acuan terlebih dahulu adalah indikator-indikator perekonomian luar negeri terutama Amerika Serikat selanjutnya baru indikator perekonomian dalam negeri. Antara lain yang diperhatikan untuk fundamental analysis adalah :

- Amerika Serikat

GNP, Housing start, indsutrial Production, Personal Income, Retail Sales, Unemployment Figure, Consumer Price Index (CPI) dan Wholesales Price, dll

- Dalam Negeri

Inflasi bulanan, pengumuman BI Rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks SUN, dll

  1. Teknikal Analisis

Yaitu teknik menganalisa kecenderungan harga yang akan datang dengan menggunakan chart dan perhitungan matematis. Teknikal analisis mengandung asumsi dasar bahwa :

- Segala informasi di pasar di discounted, yaitu semua informasi yang dapat mempengaruhi harga di pasar pada dasarnya telah tercermin di harga itu sendiri, baik di market bullish ataupun bearish

- Harga di pasar bergerak dalam tren tertentu

- Sejarah akan berulang

Adalah menjadi tanggung jawab trader dalam hal ini dealer dalam memberikan keuntungan bagi bank. Dengan semakin banyaknya ilmu dan pengalaman yang diterima oleh dealer maka akan semakin terasahlah dia dalam memberikan keuntungan bagi bank. Dalam bekerja untuk menghasilkan keuntungan bagi bank, dealer tidak sendiri. Banyak pihak yang terkait yang juga berperan penting dalam menghasilkan keuntungan bagi bank. Pihak-pihak yang terlibat secara langsung tersebut antara lain pihak setelmen selaku bagian yang meneruskan perintah transaksi dan bertanggung jawab terhadap perpindahan uang dari kita ke counterpart, pihak Financial Institution selaku bagian yang berwenang memberikan limit transaksi kepada dealer, Risk Management selaku pihak yang menghitung dan membatasi resiko kerugian yang mungkin terjadi, serta banyak bagian lain dalam bank yang secara tidak langsung terkait dalam aktifitas menghasilkan keuntungan bagi bank melalui obligasi ini.

Dalam menghitung keuntungan dari capital gain secara sederhana dapat digambarkan dalam kasus berikut ini :

Misalkan, Bank SumselBabel memiliki obligasi SUN FR50 yang dibeli di harga 100 (par) dengan jumlah Rp. 10 miliar. Pembelian dilakukan pada tanggal 20 Januari 2011 dan telah dianalisa sebelumnya oleh dealer dengan teknikal dan fundamental analisis dan diperkirakan market akan bullish (naik). Pada tanggal 21 Januari terjadi kenaikan harga di market yang antara lain disebabkan oleh postifnya perekonomian di Amerika, kemungkinan BI Rate akan turun dan capital inflow yang amat deras masuk ke pasar obligasi di Indonesia. Pada tanggal 24 Januari ada pihak counterpart melakukan bid (menawar beli) SUN FR50 pada level harga 101 dengan nominal Rp. 10 miliar dan dealer Bank SumselBabel memberikan harga offer (menawar jual) pada harga 101.2 . Terjadi tawar menawar dan disepakati Bank SumselBabel menjual di 101.5. Dari transaksi ini BankSumselBabel memperoleh keuntungan : 101.5 – 100 = 1.5% atau jika dikalikan dengan nominal maka akan didapat keuntungan sebesar Rp. 150,000,000. Jika transaksi ini bisa terjadi 10 kali dalam sebulan maka keuntungan yang diperoleh oleh Bank SumselBabel adalah sebesar Rp. 150,000,000 X 10 = Rp. 1,5 Miliar dalam sebulan.

Jumlah yang sangat lumayan bukan? Namun, itu jika kita bicara keuntungan. Dalam trading, keuntungan tidak selalu datang menghampiri. Kadang yang datang adalah kerugian. Kerugian juga bisa muncul dalam jumlah yang tidak kalah besarnya dari keuntungan yang diperoleh diatas. Untuk mengatasi dampak yang mungkin timbul apabila muncul kerugian maka dalam aktifitas trading sehari-hari ada prosedur yang dinamakan cut loss. Cut loss ini gunanya adalah membatasi jumlah kerugian yang ditanggung oleh dealer. Jadi, apabila harga di pasar telah menyentuh limit cut loss maka dealer diharuskan menjual obligasi tersebut walaupun rugi. Hal ini guna menghindari kerugian yang lebih dalam lagi apabila dealer tetap memiliki posisi.

Harapan kita ke depan, dengan semakin dinamisnya pasar keuangan, Bank SumselBabel melalui Divisi Treasury dan Internasional dapat berperan semakin aktif dalam mengoptimalkan keuntungan dari sektor non kredit terutama portofolio obligasi sehingga salah satu misi Bank SumselBabel yaitu mengembangkan corporate banking dapat tercapai.

Quote : ” Hal yg paling beresiko adalah tidak mengambil resiko itu sendiri ”

Tidak ada komentar: