watchout!!!

watchout!!!
hospital in 1..2..

Selasa, 30 November 2010

Teknikal vs fundamental

Selamat siang…

Seseorang yang menggunakan analisis teknikal untuk memprediksi pergerakan harga saham, percaya bahwa harga adalah pertarungan antara pembeli dan penjual. Harga hanya bisa bergerak naik apabila terdapat pembeli yang masuk untuk melakukan pembelian. Jika tidak ada pembeli, harga akan bergerak turun dengan sendirinya. Harga akan bergerak turun semakin tajam jika terdapat penjual yang memasuki arena. Harga hanya bergerak naik jika terdapat pembeli yang masuk ke bursa.

Nah.. sekarang, sebuah support adalah suatu level atau kisaran harga dimana pembeli memiliki probabilitas yang lebih besar untuk muncul. Pembeli muncul, harga kemudian rebound. Itulah yang terjadi ketika harga mencapai suatu support level. Suport ini adalah suatu level harga dimana pembeli muncul, dan melakukan aksi beli, sehingga harga kembali bergerak naik (rebound).

Dalam analisis fundamental, tidak dikenal apa yang namanya support. Analisis fundamental lebih mengedepankan valuasi, dibandingkan dengan pergerakan harga. Akan tetapi, ada sedikit fakta yang kita tidak boleh lupakan:

  • Analis fundamental berasumsi bahwa seiring berjalannya waktu, harga saham akan bergerak menuju valuasi fundamentalnya. Selain itu…
  • Rekomendasi ‘BELI’ (selanjutnya saya tulis sebagai BELI) diberikan apabila harga memiliki potensi kenaikan sebesar 10% atau lebih. Atau dengan kata lain, jika sebuah saham ternyata memiliki valuasi sebesar 10% (atau lebih) dibandingkan dengan harga terakhir, maka seorang analis fundamental bisa saja memberikan rekomendasi BELI pada saham tersebut.

Sekarang… kedua fakta tersebut saya ‘aduk’ atau saya ‘sajikan ulang’ sebagai berikut:

  • Jika terdapat saham dengan fundamental yang bagus, turun sekitar 10% (atau lebih) dari valuasi fundamentalnya. Apakah analis fundamental kemudian tidak memberikan rekomendasi BELI?

Disinilah sebenarnya asal mula dari munculnya level suport fundamental ini. Ketika suatu saham dengan fundamental yang bagus mulai bergerak turun, maka pembeli fundamental akan mulai bergerak masuk (melakukan posisi beli) ketika harga sudah turun sekitar 10% – 15% dari valuasinya. Atau, pembeli fundamental ini bisa saja muncul ketika harga sudah mulai turun pada kelipatan 5% (5%, 10%, 15%, 20% dst) dari valuasi. Munculnya pembeli inilah yang kemudian membuat harga bergerak flat, atau bahkan mulai rebound terbatas setelah mencapai level-level harga tertentu.

Tabel berikut ini adalah posisi terakhir dari peta rekomendasi analis atas saham-saham blue chips. Saham-saham tersebut diurutkan berdasarkan Rating (jumlah analis yang memberikan rekomendasi BELI jika dibandingkan dengan seluruh analis yang menganalisis saham tersebut).

Sebagai contoh, kita sekarang coba bandingkan antara PGAS dan ISAT, dua buah saham yang sama-sama dianalisis oleh 20 orang analis fundamental. Jika harga kemudian sama-sama bergerak turun sebesar 20% dari rata-rata valuasinya (PGAS ke Rp 3925 – Rp 3950, dan ISAT ke 4800). Manakah yang lebih dulu mengalami rebound: apakah PGAS yang memiliki 17 dari 20 orang analis yang memiliki rekomendasi BELI, ataukah ISAT yang hanya direkomendasikan BELI hanya oleh 7 orang analis?

Tentu saja, posisi ini bukannya tanpa resiko. Resiko pertama adalah tidak adanya jaminan bahwa kisaran tersebut adalah merupakan akhir atau bottom dari trend turun yang tengah terjadi. Selain itu juga sebuah koreksi jangka menengah(yang berlangsung 2 – 3 bulan), penurunan yang terjadi bisa saja berlangsung lebih dari sekedar 20% atau bahkan 30%. Resiko berikutnya adalah: analis fundamental cenderung lebih sulit untuk mengubah pendapatnya dibandingkan dengan seorang analis teknikal. Sebagai contoh: Sebelum mulai turun harganya pada tahun 2008 lalu, ketika harga masih diatas Rp 8.000, BUMI adalah saham yang menjadi ‘idola’ dari para analis fundamental yang menganalisis saham ini. Seingat saya, dari sekitar 20 – 25 orang analis fundamental yang menganalisis saham ini, seluruhnya memberikan rekomendasi yang positif (bisa BELI, OUTPERFORM atau rekomendasi yang sejenisnya). Ketika harga mulai turun dibawah Rp 5000, baru satu analis yang memberikan rekomendasi HOLD. Dan ketika harga mulai masuk dibawah harga Rp 1000 di bulan Desember, baru sekitar 2 – 3 orang yang memberikan rekomendasi yang negatif (HOLD atau JUAL). Jadi, kalau setelah harga turun 10% – 15%, anda melihat analis fundamental terus memberikan rekomendasi BELI, tapi harga kemudian terus menerus bergerak turun, maka anda juga tidak perlu terlalu heran. Analis fundamental yang hanya bereaksi terhadap kondisi fundamental terakhir dari emiten, sering kali terlambat dalam bereaksi terhadap faktor-faktor psikologis yang terjadi pada pasar.

Suatu kisaran atau level support adalah tempat dimana pembeli memiliki probabilitas yang lebih besar untuk muncul, apapun alasannya. Faktor fundamental juga bisa menjadi alasannya. Suport Fundamental adalah kisaran atau level harga dimana pembeli yang berbasis pada analis fundamental memiliki peluang yang tinggi untuk kembali masuk ke pasar untuk melakukan posisi BELI

So… Sejauh ini sih, trend IHSG masih cenderung flat. Trend IHSG baru berubah menjadi trend turun jika support di kisaran 3630 – 3650 gagal menaham trend turun IHSG. Berbagai insiden yang terjadi di semenjung Korea, sepertinya telah membuat risk averter keluar dari market (melakukan posisi jual). Tekanan jual yang terjadi pada hari Jumat kemarin, terlihat berhasil dalam membawa saham-saham big caps (TLKM, ASII, BBRI, BMRI, dan BBCA) ditutup dibawah suportnya. Ini membuat harga dari saham-saham terlihat telah ‘siap untuk turun’ jika kondisi terburuk terjadi di semenanjung Korea. Belum tentu turun juga sih… karena bisa saja hari ini kita rebound setelah pada hari Minggu kemarin ternyata tidak terjadi apa-apa di semenanjung Korea. Akan tetapi, saya hanya sekedar ingin mengingatkan: Dengan trend jangka panjang IHSG yang masih berada dalam trend naik (saya masih tetap percaya IHSG bisa mencapai 5000 dalam 1 – 2 tahun kedepan), jika harga saham bergerak turun, maka akan menjadi kesempatan kita untuk melakukan akumulasi pada harga yang lebih murah.

Happy trading… semoga untung!!!

Satrio Utomo

link : http://satrio.blog.kontan.co.id/2010/11/29/suport-fundamental/

Tidak ada komentar: